Template by:
Free Blog Templates

Sabtu, 28 Juli 2012

observasi musik keroncong

Keroncong Surakarta (Solo)

a. sejarah awal mula musik tradisi ''KERONCONG''
musik ini berawal dari jatuhnya Malaka dari Portugis ke tangan Belanda pada tahun 1648. Orang-orang Portugis pada umumnya adalah tentara keturunan berkulit hitam yang berasal dari Bengali, Malabar, dan Goa. Mereka adalah tawanan Belanda dan dibawa ke Batavia (sekarang Jakarta).
  Sekitar tahun 1661, mereka dibebaskan, lalu bermukim di rawa-rawa sekitar Cilincing yang kemudia disebut Kampoeng Toegoe. Di kampung ini, kaum yang baru saja dibebaskan itu membangun komunitas dengan pekerjaan pokok bertani, berburu, dan mencari ikan. Di kala senggang, mereka mengisi waktunya dengan bermain musik. Dengan peralatan sederhana berupa alat musik petik mirip gitar kecil berdawai lima atau yang biasa disebut rajao, mereka bernyanyi dengan gembira. Alat ini kemudian dimainkan bersama biola, gitar, rebana, dan seruling. Musik ini banyak penggemar dan disukai orang dan terus berkembang dari namanya moresco hingga berubah nama menjadi keroncong pada awal abad ke-19. Ya, karena musiknya yang terdengar seperti berbunyi creng...crong...inilah musik ini dinamai keroncong.
Alat musik keroncong terdiri dari gitar pengiring, melodi gitar, ukulele, cello, bas, seruling, biola.Pola lagunya sama : A-A-B-A. Yang menonjol adl Ukulele dan Cello.
BENTUK MUSIK KERONCONG :
vKeroncong Asli : unsur syair dan melodinya bersifat improvisasi dgn pola musikal yang baku.
Contoh : ‘KERONCONG MORITSKU’

vStambul II Asli : lebih halus dan lembut, penuh perasaan. Tidak ada cerita gembira.
Contoh : ‘Stambul II Dewa-Dewi’,’Stambul II Masuk Kampung Keluar Kampung’

vLanggam Keroncong : gayanya mengacu pada jenis musik hiburan.
Contoh : ‘Bengawan Solo’ cpt: Gesang, ‘Pahlawan Merdeka’ cpt: Ismail Marzuki, ‘Rangkaian Melati’ cpt: Arimah.
b. TOKOH YANG MEMPOPULERKAN
Salah satu tokoh Indonesia yang memiliki kontribusi cukup besar dalam membesarkan musik keroncong adalah bapak Gesang. Lelaki asal kota Surakarta (Solo) ini bahkan mendapatkan santunan setiap tahun dari pemerintah Jepang karena berhasil memperkenalkan musik keroncong di sana. Salah satu lagunya yang paling terkenal adalah(lagu)|Bengawan Solo. Lantaran pengabdiannya itulah, oleh Gesang dijuluki "Buaya Keroncong" oleh insan keroncong Indonesia, sebutan untuk pakar musik keroncong. Gesang menyebut irama keroncong pada MASA STAMBUL (1880-1920), yang berkembang di Jakarta (Tugu , Kemayoran, dan Gambir) sebagai Keroncong Cepat; sedangkan setelah pusat perkembangan pindah ke Solo (MASA KERONCONG ABADI: 1920-1960) iramanya menjadi lebih lambat.
Asal muasal sebutan "Buaya Keroncong" untuk Gesang berkisar pada lagu ciptaannya, "Bengawan Solo". Bengawan Solo adalah nama sungai yang berada di wilayah Surakarta. Seperti diketahui, buaya memiliki habitat di rawa dan sungai. Reptil terbesar itu di habitanya nyaris tak terkalahkan, karena menjadi pemangsa yang ganas. Pengandaian semacam itulah yang mendasari mengapa Gesang disebut sebagai "Buaya Keroncong".
Di sisi lain nama Anjar Any (Solo, pencipta Langgam Jawa lebih dari 2000 lagu yang meninggal tahun 2008) juga mempunyai andil dalam keroncong untuk Langgam Jawa beserta Waljinah (Solo), sedangkan R. Pirngadie (Jakarta) untuk Keroncong Beat, Manthous (Gunung Kidul, Yogyakarta) untuk Campursari dan Koes Plus (Solo/Jakarta) untuk Keroncong Rock, serta Didi Kempot (Ngawi) untuk Congdut.


c.ekstitensi musik ''keroncong''
genre musik ini kurang mendapat perhatian dari industri musik (rekaman dan hiburan) di Indonesia. Musik keroncong seolah tak terdengar gaungnya seiring dengan menjamurnya musik pop yang banyak digemari kaula muda di negeri ini. Media teknologi, seperti televisi dan radio swasta nasional, sangat jarang bahkan tidak pernah memberikan ruang khusus untuk genre musik ini.

Di tengah derasnya kemajuan musik pop di negeri ini, eksistensi musik keroncong malah semakin jauh dari minat kaula muda. Bahkan, kita tidak pernah mendengar adanya penghargaan terhadap musik keroncong yang seolah hilang dari peredaran industri musik Tanah Air. Kita memang menyadari bahwa musik pop lebih memberikan daya pikat dan instrumen yang sangat memukau ketimbang musik keroncong yang dianggap klasik dan tidak sesuai dengan perkembangan zaman.Kita sangat prihatin dengan eksistensi musik keroncong yang tidak lagi mendapatkan perhatian dari industri musik di Indonesia.





0 komentar:

Posting Komentar